BANJIR
BERITA UTAMA
DAERAH
KARAWANG
PERISTIWA
0
Sudah Belasan Kali Terendam! Warga Karangligar Jerit Minta Rumah Panggung dari KDM
KARAWANG | Suarana.com - Harapan akan hari-hari tenang tanpa genangan kembali pupus. Di tengah kelelahan mental dan fisik akibat banjir yang terus berulang, warga Karangligar kembali harus berjibaku menyelamatkan diri dan harta benda. Lelah, bingung, dan mulai putus asa, itulah perasaan yang kini menyelimuti hati ratusan keluarga yang bermukim di dua dusun langganan banjir di Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang.
Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Sungai Cibeet pada Sabtu sore, 17 Mei 2025, kembali membawa petaka. Sekitar pukul 24.00 WIB, Minggu dini hari (18 Mei 2025), air luapan Sungai Cibeet yang mengalir melalui Sungai Cidawolong (back water) merendam sedikitnya 303 rumah warga.
Sebanyak 838 jiwa pun terpaksa mengungsi—lagi. Ini bukan pertama kalinya, bahkan hanya berselang seminggu dari banjir sebelumnya, yang meski tak terlalu besar, tetap menyisakan trauma dan kelelahan berkepanjangan.
Hingga siang tadi, ketinggian air masih bertahan antara 50 cm hingga 200 cm di beberapa titik. Tidak hanya merendam permukiman, banjir juga kembali mengancam sawah-sawah warga yang baru saja ditanami padi pasca-banjir besar pada Februari lalu.
Keluhan dan harapan warga pun menggema melalui media sosial. Seorang warga terdampak mengunggah video kondisi permukimannya di TikTok, menyampaikan langsung permintaan kepada Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) agar segera merealisasikan janji pembangunan rumah panggung bagi korban banjir.
Tidak hanya itu, warga lainnya turut mengunggah kondisi terbaru banjir Karangligar melalui Facebook dan Instagram. Mereka menyebut, banjir kali ini terasa lebih berat dibanding tahun-tahun sebelumnya karena sudah melampaui pertengahan Mei. Biasanya, banjir berakhir pada bulan April.
“Biasanya kalau sudah lewat bulan April tidak ada lagi banjir. Sekarang mah karena hujan masih ada, bahkan masih tinggi curahnya seperti kemarin sore, ya beginilah. Kami harus tetap berjibaku menghadapi kondisi ini, baik ketika banjir berlangsung maupun setelahnya,” ujar Nuryadi, salah satu warga terdampak.
Tak sedikit warga yang mengaku sudah sangat lelah—bukan hanya fisik, tapi juga mental. Belasan kali rumah mereka terendam, pengungsian yang tiada henti, hingga berkali-kali harus membersihkan lumpur dan memperbaiki barang-barang rusak.
“Kami hanya ingin hidup normal, punya rumah yang aman, tidak terus-menerus mengungsi. Rumah panggung yang dijanjikan KDM jadi harapan terakhir kami,” tambah seorang warga lainnya.
Kerusakan infrastruktur pun semakin memperparah situasi. Ratusan hektare sawah berubah menjadi rawa akibat air yang tak kunjung surut. Hal ini diperparah oleh kondisi tanggul sekunder yang jebol dan tak kunjung diperbaiki. Saluran pembuang pun menyempit karena minim perhatian dari pemerintah, meskipun warga sudah meminta bantuan alat berat (beko) kepada Dinas PUPR.
Kini, warga Karangligar hanya bisa berharap agar janji-janji penanggulangan banjir tak lagi sebatas wacana. Mereka ingin solusi nyata—bukan sekadar kunjungan dan dokumentasi.
Biar nggak ketinggalan info penting, yuk follow Channel WhatsApp Suarana.com!
(**)
Via
BANJIR