ARTIKEL
OPINI
TULISAN
0
Di Balik Merah Putih Berkibar, Rakyat Masih Menanggung Luka
- Ditulus oleh : Rizki R
Hari ini, bendera merah putih kembali berkibar di seluruh penjuru negeri. Lagu kebangsaan dikumandangkan, upacara digelar, dan kata-kata manis kemerdekaan berkali-kali diucapkan. Namun, di balik gegap gempita itu, ada kenyataan getir yang tak bisa disembunyikan: Indonesia belum sepenuhnya merdeka.
Korupsi masih merajalela, merampas hak rakyat dari meja-meja kekuasaan. Bukan hanya di pusat, tetapi hingga ke pelosok desa, praktik kotor ini terus mencabik-cabik cita-cita kemerdekaan. Uang rakyat yang seharusnya kembali untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, justru raib ke kantong-kantong pribadi. Inilah wajah penjajahan baru — bukan lagi oleh bangsa asing, melainkan oleh mereka yang seharusnya mengabdi pada rakyat.
Di sisi lain, tambang-tambang rakus menggerus bumi pertiwi. Gunung digali, sungai dikotori, hutan dibabat. Rakyat kecil di sekitar wilayah tambang hanya mendapat debu, banjir lumpur, dan udara yang semakin sesak. Kekayaan alam yang dulu disebut-sebut sebagai "anugerah Tuhan" kini berubah jadi kutukan, karena dikuasai segelintir elit dengan restu negara. Bukankah ini perampasan yang nyata?
Lalu apa arti kemerdekaan jika rakyat terus dicekik? Apa arti bendera yang dikibarkan tinggi, bila tanah tempat ia berdiri digadaikan? Apa arti lagu kebangsaan, bila suara rakyat terus dibungkam oleh aparat dan hukum yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas?
Sejarah mencatat, para pahlawan bangsa berani menumpahkan darah demi merobek rantai penjajahan. Mereka tahu kemerdekaan tak bisa ditawar, meski nyawa menjadi taruhannya. Mereka berperang dengan senjata seadanya, dengan semangat yang tak pernah padam.
Kini, 80 tahun berlalu, kita justru harus bertanya: apakah pengorbanan mereka hanya untuk digadaikan pada koruptor dan penguasa tambang?
Maka, di hari kemerdekaan ini, jangan hanya puas dengan upacara dan seremoni. Jadikan momentum ini sebagai pengingat bahwa perjuangan belum usai. Kemerdekaan sejati adalah ketika rakyat terbebas dari korupsi, keserakahan, dan penindasan.
Dan jika hari ini kita diam, maka generasi mendatang hanya akan mengenang kita sebagai bangsa yang gagal menjaga amanah pahlawan.
Tulisan ini dibuat sebagai refleksi 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Ia bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi sebuah pengingat bahwa kemerdekaan sejati belum sepenuhnya hadir di tengah rakyat. Korupsi, keserakahan tambang, serta ketidakadilan sosial menjadi ancaman nyata yang menodai cita-cita para pendiri bangsa.
Redaksi menempatkan tulisan ini sebagai bentuk sikap kritis, bukan provokasi. Tujuannya sederhana: mengajak masyarakat untuk tidak lupa, bahwa kemerdekaan harus terus diperjuangkan, tidak hanya dengan bendera dan upacara, melainkan dengan keberanian melawan penindasan dalam bentuk apapun.
Biar nggak ketinggalan info penting, yuk follow Channel WhatsApp Suarana.com!
Via
ARTIKEL